Translate

Rabu, 27 Juni 2012

Data 1 [Edit]


SLALU ADA TEMPAT UNTUK KAMU BISA BERHARAP
DAN MEMBUAT SEGALA BENTUK LOGIKA, MENGIKUTI ALUR HARAPANMU
NAMUN.., PIKIRKANLAH  AKAN  SEBUAH  LANTUNAN HARAPAN YANG AKAN KELUAR DARI
.…DALAM MULUTMU ITU….
AKANKAH HAL ITU TAKKAN MENGUBAH KENYATAAN DI KEHIDUPANMU??
SEBUAH PEPATAH LOGIKA MENGATAKAN, YANG  LALU, KINI, DAN SEKARANG, SLALU BERJALAN
BERSAMAAN. DAN KAU TAHU, ORANG BIJAK BERKATA SEPERTI APA UNTUK HAL ITU??
…TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN DI DUNIA FANA INI…
…SELAMA ORANG ITU PERCAYA AKAN MIMPINYA…


Data 1
<’Edit’>
Bandung – 2012.  <pm> 10:00  
          Hari itu adalah hari dimana ruangan kelas 12 B, akan kedatangan murid pindahan dari Jakarta. Semua murid nampak antusias ingin melihat seperti apa wajah murid yang katanya adalah seorang gadis berumur 16 tahunan dan ia sangat berprestasi di bidang Sains. Alasan ia pindah ke sekolah ini pun karna kemauannya sendiri.
          Padahal di sekolahnya yang lama, murid itu sering di tawari beasiswa dimana-mana dan juga pernah di tunjuk sebagai asisten dosen di suatu universitas ternama di Indonesia. Bahkan ia pernah terkenal karna di wawancarai oleh sebuah stasiun televisi yang tertarik pada kepintarannya itu.
          Karna itulah sekarang, semua murid di kelas 12 B nampak sangat beruntung sekali mendapatkan murid yang mungkin bisa membantu mereka dalam pelajaran tentang IPA di sekolah atau ingin menguji seberapa jauh kepintaran orang itu.
          Ketika semua murid sedang asyik membicarakan tentang berita hangat tersebut, tiba-tiba saja seorang guru wanita paruh baya, berpakaian rapih, dan membawa tas selendang, masuk ke dalam kelas. Dari gerakan tegas dan nada bicaranya yang spontan, dapat dipastikan wanita paruh baya tersebut adalah seorang wali kelas di kelas itu.
          “Kalian harus menjaga sikap kalian. Jangan sampai mempermalukan nama dan pringkat Amat baik sekolah kita. Tidak ada yang boleh tidur di kelas lagi. Bercanda ketika pelajaran dimulai, dan membuang sampah di dalam kolong meja kalian. Semuanya mengerti…!!!” ucap wanita itu, terlihat sangat tegas dan agak menakutkan.
           “Mengerti buu…..” ucap semua murid dengan muka yang pasrah bercampur cemas. Entah mereka patuh, atau karena alasan lain di pikirannya.
          “Nahh...., sekarang ibu akan memperkenalkan murid pindahan baru dari Jakarta itu, yang tentu saja sudah kita tunggu-tunggu. Mari nakk…, silakan masuk….” Ucap guru tersebut, sambil menunjukkan semyum terbaiknya.
          Dari luar pintu masuk kelas, memang telah terlihat sedikit samar-samar bayangan seorang gadis yang terhalangi oleh tirai putih panjang jendela kelas itu, akibatnya semua murid nampak masih penasaran dan ingin cepat-cepat melihat wajah gadis popular itu secara Live.
          Perlahan-lahan murid pindahan itu mulai meninjakkan kedua kakinya ke dalam kelas. Semua murid nampak tercengang dan takjub dengan dandanan gotik yang ia kenakan sekarang. Walaupun agak aneh, namun pakaian seragam yang ia kenakan itu nampak serasi sekali dengan penampilannya.
          Sebuah kontak lensa merah menyala, memancar dari kedua matanya yang sayu, namun menimbulkan kesan misterius. Dan Maskara yang sedikit hitam legam dan tipis di alis matanya, membuat penampilannya itu terkesan gotik, namun sangat simple dan terlihat rapi.
          “Dia keliatannya akan menjadi saingan beratku nanti. Dia cantik, pintar, dan pasti pringkat rangking kesatu yang slalu aku pegang, akan diambil olehnya. Bagaimana menurutmu Cha??  Ucap Emily, seorang murid terpandai di kelas 12 B. Dengan wajah cemasnya, ia terus menggoyang-goyangkan bahu kanan seorang gadis yang bernama Chacha. Teman sebangkunya itu.
          “Tenang Emily.., ku yakin, dia pasti bisa menjadi teman baik kita nanti. Dia kand pintar dan hebat….(^V^)   [jawab Chacha, sambil tersenyum]
          “Sepertinya kau ini tidak mengerti, apa yang aku cemaskan……(T_T)  [ungkap Emily dalam hati, sambil tertunduk lesu]
          Setelah memperkenalkan dirinya, murid baru yang bernama Moona itu, ternyata mempunyai sifat yang benar-benar tak bisa ditebak. Ia dingin dan tak banyak bicara, dan hanya ingin berbicara jika ada orang yang mendesaknya. Semua murid beranggapan sifat ia saat diwawancarai di stasiun televisi pendidikan atau pun saat mereka bertemu langsung, memang tidak ada bedanya.
          Hanya senyuman tipis yang ia tunjukan pada orang-orang yang mengaguminya ataupun sekedar ingin mengetahui tingkat kecerdasannya. Dan kenapa dia memilih untuk duduk di bangku paling belakang? padahal banyak tawaran dari murid-murid kelas itu, agar ia duduk di bangku paling depan. Memang dia anak genius yang keras kepala sekali…(-,-)  [mungkin itu anggapan yang paling tepat untuknya]
   Pelajaran pertama pun dimulai. Dan kesempatan emas untuk wali kelas tersebut melihat bakat yang dimiliki oleh murid genius  itu, karna kebetulan sekarang masuk pada jam pertama Pelajaran Kimia.
          “Mungkin sekarang kita akan sedikit mengulang materi tentang ikatan kimia minggu kemarin. Ibu akan berikan beberapa soal di papan tulis, dan kalian harus mengerjakannya sekarang juga. Tidak di pr kan, karna ibu juga akan membahasnya sekarang……” tegas wali kelas itu kepada seluruh muridnya sambil menulis.
          “Jika aku berhasil mengerjakan semua soal ini, dan mengumpulkannya sebelum murid genius selesai, maka tamatlah riwayat kegeniusannya….” Ucap Emily sambil tersenyum penuh kepuasan.
          Setiap detik berlalu, Moona hanya memperhatikan tulisan-tulisan yang ada di papan tulis putih itu, tanpa menyalinnya seperti yang lain. Semua murid disana nampak keheranan dengan tingkah laku Moona. Dan beranggapan pasti murid baru itu sekarang sedang stress karna belum tau cara mengerjakan soal-soal di papan tulis. Begitu pun anggapan Emily ketika melihat Moona, yang berada di bangku paling belakang itu, hanya menatap saja tulisan yang ada di depannya.
          “Oii…, Moona. Kamu tidak mendengarkan kalau kita disuruh untuk menyalin dan mengerjakan soal yang ada di depan papan tulis??  Kesal salah satu murid laki-laki disana, yang melihat kelakuan anehnya. Mendengar pembicaraan tersebut, wali kelas pun, penasaran dan menunggu jawaban dari Moona. Berharap ia mau sedikit memberi penjelasan, sambil pura-pura duduk dan membaca buku di mejanya.
          Spontan Moona langsung menatap murid laki-laki yang geram dengan kelakuannya itu. Ia beranggapan bahwa Moona ingin memamerkan bakatnya dengan menjawab langsung ke 15 soal ikatan kimia itu di depan kelas, sedangkan ia tak mendapat kesempatan untuk menuangkan isi jawabannya satu pun di papan tulis.
          “Aku sedang menulis kokk. Apa kamu tidak melihatnya……” ucap Moona sambil tersenyum kembali. Ternyata keadaan tangan yang seperti disembunyikan itu, digunakan Moona untuk menulis di bawah betis kakinya sebagai alas. Dengan cekatan, tangannya menari-nari disebuah buku biasa berukuran sedang, namun tatapan menghadap kearah papan tulis. Betul-betul menganehkan. Apakah tulisannya akan baik-baik saja..??
          “Tidak Mungkin……”  ucap murid laki-laki itu, ketika melihat cara menulis Moona yang agak aneh. Mendengar jawaban Moona, semua murid di kelas itu berebut ingin melihat cara menulis Moona yang unik. Akibatnya Moona menjadi bahan tontonan menarik dikelas.
          “Sepertinya aku memang harus melakukan kebiasaan normal manusia……(-,-‘)  [ucap Moona dalam hati kecilnya]


Di dalam kelas yang lain. Saat bell istirahat……
         
          “Heii…, kau sudah mendengar tentang Artis Cantik dan Pintar masuk ke dalam sekolah kita. Tepatnya dia berada di dalam kelas IPA 12 B…” (^v^)
          “Aku ingin sekali menengoknya…” (8_8)
          “Dia bukan artis, tapi Cuma salah satu anak genius yang berhasil masuk televisi ajaa……” (--,)
          “Waahhh…, kalau pacaran sama dia. Pasti bakalan ikut tenar. Tembak aja bro…” (^0^)    à heart
          “Dia bisa menulis tanpa melihat ke bukunya, dengan cepat dan tanpa acak-acakan. Jawabannya juga benar semuanya. Hebatttttt……” (*0*)


          “Kau merasakan hal yang aneh Dhandy…??  Ucap salah satu seorang murid disana yang bernama Aniel. Dengan tampilan rapih dan berkacamata, dia memang murid yang selalu mendapatkan nilai tertinggi di dalam kelas, dan selalu ranking pertama  [saingan pertama untuk Emily di kelas 12 B, sementara ia sediri sekarang berada di kelas 12 E].
          “Hal aneh apa…?? Kau jarang membantuku mengerjakan soal. Dan selalu memberikan rumus-rumus tanpa penjelasan, ketika aku meminta jawaban. Itulah hal yang paling aneh menurutku……(-,-) ucap Dhandy, teman sebangkunya yang diajak bicara tadi, sambil kembali membaca novel favoritnya  “NIGHTMARE SIDE”.
          “Karna kau minta, Cuma jawabannya doang. Tanpa berfikir bagaimana cara mengerjakannya. Sekali-kali kamu harus tahu bagaimana susahnya aku berusaha menjawab dongg……”(-_-)
          “Aku kan minta jawaban kamu, agar bisa ku samakan dengan jawaban yang dibuat aku sendiri. Memang selalu salah rumus, tapi jawabannya selalu betul kan. Heeheee….(^0^)
          “Dasar Mr. Imajenasi……(‘-,-)
          “Tapi…,   [kata-kata Aniel mulai menghentikan cekikikan Dhandy]   “Ini serius…, seharusnya sebagai manusia aneh, kamu bisa merasakan hal yang ganjal ini. Terutama kenapa sampai Moona bisa ingin menjadi murid di sekolahan kita. Kau harus pikirkan itu……” (-.-)  [sambungnya]
          “Dasar Alien……, aku mau ke kantin beli sesuatu. Kau mau ikut…??  Ucap Dhandy sekenanya. Dan langsung beranjak meninggalkan Aniel di kelas, karna Aniel menjawab ajakan Dhandy dengan  [gelengan kepala]
“Kadang-kadang Dhandy, seperti orang yang tak tau arah tujuan…”
[ucap Aniel dalam hati kecilnya]


Di perjalanan menuju kantin, Dhandy tak sengaja bertemu dengan Moona yang tengah seperti di kejar-kejar sesuatu, hingga ia bertubrukan dengannya.
          “Aduhh…, maaf, saya buru-buru. Kau……”  [ucap Moona saat bertemu pertama kali dengan Dhandy]   “Kau……?? Maaf perasaan kita baru kenal kan??  Ucap Dhandy, dan seolah-olah tak memperdulikan ekpresi wajah Moona yang terpaku menatapnya. Pada saat Dhandy akan meninggalkan Moona, tiba-tiba saja, kedua tangan Moona menarik paksa tangan kanan Dhandy dan dilemparkannya dengan mudah tubuh Dhandy hingga membentur tembok di dekatnya.
          “Aduhh………,  Kau ini siapa. Baru kenal udah Sadisnisme kaya begini…” kesal Dhandy sambil  menahan sakit memegang tulang belakangnya yang terbentur tadi. Dengan geramnya Moona menghajar perut Dhandy sampai Dhandy memekik kesakitan di buatnya, dan cairan merah pekat, tanpa sengaja keluar dari mulutnya.
          “Precepnoil”  Suara aneh keluar dari mulut Moona. Dhandy yang merintih kesakitan di lantai, tiba-tiba saja kehilangan kesadarannya. Sekilas ia hanya menatap beberapa murid yang datang, untuk mengamankan Moona yang seperti telah kesurupan itu.
          “Dhandy…, dhandy…”  guncangan pelan di bahu kanan, membangunkan Dhandy. Seperti orang yang linglung, Dhandy melihat Moona didepannya dengan perasaan cemas dan mulai menjaga jarak.  “Bagaimana mungkin aku sekarang bisa berada dalam keadaan berdiri kembali, di hadapan gadis sadis ini……”  ucap Dhandy dalam hati kecilnya.
          “Dhandy…, aku tau namamu dari nickname mu itu. Aku Moona, murid baru, pindahan dari Jakarta. Salam kenal……” ucap Moona sambil tersenyum dan ingin berjabat tangan dengan Dhandy.
          “Kau tadi yang memukuli perutku?? Resah Dhandy masih terlihat cemas.  “Kau pikir aku ini monster apa. Mana mungkin aku sekejam itu pada orang yang baru aku kenal……(-,-)  [ucap Moona. Perubahan ekpresi dinginnya, mulai berubah dengan ekpresi cemberutnya sekarang]. Tanpa berpamitan, Moona bergegas meninggalkan Dhandy, ke suatu tempat.  [yang banyak orang jajan_nya].
          Sejenak…, Dhandy memang memeriksa keadaan tubuh dan bibirnya. Terlihat biasa saja tanpa ada luka dan rasa sakit sedikitpun. Dan disaat yang sama, Dhandy dikejutkan Chacha yang datang dari arah belakang.   “Oii.., ngelamun di tengah jalan. Gak baik tau……” ucap Chacha yang datang dari arah belakangnya dan menepuk bahu Dhandy, hingga ia hampir melompat, saking kagetnya.
          “Chaa…, kau ini bikin aku jantungan aja tau……”  (-,-)
          “Balas Dendam yang kemarin, soalnya minumanku sampai berceceran ke baju sedikit, gara-gara kau tepuk aku dari belakang……!”
          “Itu kan, gak sengaja. Lagian kau masih bahas itu terus dari kemarin, ampe pulang sekolah, ternyata benar, mau balas dendam……”  (-.-)
          “Hiiihiii…, Dhandy kau mau ke kantin. Aniel mana??
          “Dia lagi geleng kepala di kelas, waktu aku ajak dia ke kantin……”
          “Dasar…, Heeheee…, Dhan…, Dhan…,  [tiba-tiba saja Chacha nampak serius menatap wajah Dhandy]   “Kenapa Chaa. Ada yang salah??
          “Kamu habis minum fanta yahh. Tapi kok kaya darah, keluar netes di pinggir mulut kamu sedikit, ngak nyadar apa??
          Mendengar itu, Dhandy langsung memeriksa bibirnya kembali. Dan ternyata benar, tangan kanannya memegang sebuah cairan lengket merah pekat di ketika menyentuh pinggir bibir kirinya. Dhandy mulai panik dan mencari sebuah bangku kecil yang kosong disekitarnya sebagai tempat untuk bersandar, karna tiba-tiba perutnya sakit juga. Chacha yang nampak khawatir, mengeluarkan kertas tisu dari saku roknya. Dan mulai menyodorkannya kearah tangan kanan Dhandy.
          “Pakailah ini. Memangnya kamu punya penyakit apa?? Ucap Chacha, simpati.    
          “Terima Kasih…, ngak kok, cuma masalah ringan saja…!” jawab Dhandy sambil tersenyum kesakitan. Semakin ia menahan rasa sakit itu, semakin banyak pula darah yang tak berhenti menetes di mulutnya. Ia tak bisa menahan atau menelannya kembali, karna itu keluar bersama rasa mual yang amat sakit di perutnya. Sebisa mungkin Dhandy menahan tubuhnya agar jangan sampai pingsan, namun rasa sakit itu, membawanya langsung terlelap tidur. Hanya ada teriakan Chacha yang terdengar dan suara orang-orang yang ramai dan gaduh.
         
Beranjak kembali ke dalam kelas 12 E……
         
          Terlihat disana, Aniel masih menunggu kehadiran temannya Dhandy yang belum juga kunjung datang. Sementara hampir semua teman-temannya yang lain, berlari keluar berhamburan, seperti tengah terjadi sesuatu.  “Aniel…, biarkan saja mereka. Ayoo…, bantu kita lagi kerjain pr Fisika.   “Yapp…, kau kan tak suka keribut. Meningan kita belajar disini.  “Lihat soalmu yang nomor tiga dong, sekalian sama jawabannya juga. Heeheee……(^0^)
          “Sory nihh…, saya ternyata lapar juga. Mau jajan dulu ke kantin sebentar……” ucap Aniel, mencoba membebaskan diri dari rasa haus teman-temannya yang membutuhkan “ilmu segar”.  Sambil setengah berlari, Aniel tampak merasakan hal aneh, karna tiba-tiba saja kedua gendang telinganya berbunyi nyaring. Sebisa mungkin Aniel tak memperdulikan hal itu, namun ketika ia hampir sampai di muka pintu, tiba-tiba saja seorang gadis lain, menghadangnya dari luar. Wajah gadis itu nampak cemas dan langsung berkata lantang.
          “Gawat…, Dhandy mau dilarikan ke rumah sakit. Ayoo…, cepat kita lihat??
          “Kau Siapa……??

<<TO BE CONTINUE>>

­­_________________Sinopsis Next Episode Crisis Earth­­­­­­­­­__________________
“Aku Lisa, apa kau tak ingat denganku Aniel?? Aku teman baikmu…”
“Gimana dongg Dhandy?? Kita harus kerumah sakit sepulang sekolah nanti. Aku khawatir. Soalnya darah dia menetes sedikit di seragam putihku…” 
 “Kami memang khayalanmu Dhandy, tapi kami diciptakan olehmu kan??
“Ada sesuatu yang masuk dan mengubah seluruh data memori sekolah kita…!”
“Siapa kau sebenarnya, Moona??
_________________Sinopsis Next Episode Crisis Earth­­­­­­­­­__________________





CERITA SEBELUMNYA                                                          CERITA BERIKUTNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar